Tuesday 28 June 2016

P79) MONOLOG 28JUN

Sepanjang galur perjalananku diharung pelbagai onak dan liku. Membawa aku ke rimba perburuan mencari-cari makna kehidupan. Mengapa aku sering merasakan hadirku tidak membawa ketenangan sebaliknya sering dipersalahkan mencampak mereka ke lembah penderitaan.

Mungkinkah jasadku ini makin hari diselubung benci, mengundang gerimis di tengahari. Aku lali ditikam nyali, terasa kebal menepis caci. Biarku hidup masih bernadi walau hakikat hatiku mati.

Tiada pantas merasa bahagia mungkin derita tiada sudah, tiada siapa untuk dipersalah, malah jalan itu aku yang memlilihnya.Marhaen lemah. Tiada daya menongkah arus seksa membara. Tidak kukuh atma kalah dengan hasutan fatamorgana dunia yang dusta.

Meski berjermang aku menuju hatimu tetap ku jatuh tertunduk kaku. Sememangnya aku homosapien yang tulu, punya peluang namun diam seribu. Tiada aksara bisa menggambar tingkahku, lidahku kelu tuk membantah qalam mu. Yang tajamnya bukan sekadar merobek hatiku bahkan disiat ditikam sembilu.

Setiap nukilanku bertemankan pena yang sentiasa berdansa dengan hasrat memuntahkan rasa yang tersisa didalam jiwa. Mungkin kenal aku siapa, manusia yang hidup bertemankan tinta berdarah. Tidak akan berhenti ia melakar rasa serta mimpi-mimpi ngeri membaham harapan yang indah.

Futur ini menguasai aku sepenuhnya. Tiada lagi daya tuk berpaling dan bangkit semula lantas melupakan segala sengsara. Aku keliru tuk menilai semua ceritera. Apakah mereka atau akukah yang terlalu ambalela? Warkah demi warkah aku coret dengan sabar menyusun abjad-abjad membentuk suatu kisah fantasi seorang gadis tak berguna dengan pena dan tinta berdarah celaka.

Biarkan percikan darah mencemari setiap insan bernyawa. Asal kau dekat bersama maka sedialah tuk dinodai tinta sialan namun penuh keikhlasan dalam bait aksara picisan tanpa noktah. Asal kau tahu di ketika aku menggarap puisi-puisi derita, darah tersimbah memarak nyalaan api yang membakar jiwa, hingga tiba saat air memadamkan bara, debu berterbangan tiada tinggal meski satu daripadanya. Usah kau cari lagi cebisan-cebisan hati yang berkecai kerna duka.

Puisi nan indah bertukar menjadi bait sajak celaka.
Ellshazraa, 
28 Jun 2016

No comments:

Post a Comment

Copyright 2019 Reserved to ELLSHAZRAA